Dari sebelum bulan Ramadhan saya
kepengen banget liat yang “ïjo-ijo”, tiba-tiba inget salah satu curug yang
pernah jadi wacana untuk kesana. Curug ini terletak di kawasan Taman Nasional
Gede Pangrango (TNGP) Cibodas, tepatnya di Desa Sindang Laya, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Yup Curug Cibereum!
Peta Curug Cibereum |
Di kawasan TNGP ini ada 3 curug
yaitu Cibeureum sebagi curug utama yang debit airnya deras, Cidendeng dan
Cikundul yang memiliki debit air lebih kecil. Ketinggian rata-rata ketiga curug
tersebut sekitar 40-50 m dan berada di ketinggian 1675 mdpl.
Cibereum berasal dari Bahasa
sunda, ci artinya air dan beureum artinya merah. Konon dulu air yang dialirkannya
berwarna merah karena berasal dari dinding tebing curug yang ditumbuhi lumut
merah (Sphagnum gedeanum).
Setelah mengumpulkan informasi
dan dapet pengumuman libur Lebaran dari kantor, akhirnya tanggal 23 Juli 2015
kami berkesempatan mengunjungi Curug Cibereum.
Kami berangkat dari Terminal
Kampung Rambutan ± pukul 8 pagi menggunakan Bus Karunia Bakti jurusan Kampung Rambutan – Garut via Puncak,
Cianjur. Ada beberapa bus yang bisa jadi alternatif menuju Cibodas, yaitu
bus Doa Ibu dan Marita. Pastikan kamu naik yang trayek via Puncak, Cianjur jangan
via Cipularang ya. Tarif bus sampai Cibodas adalah Rp. 25.000. Setelah turun
dari pertigaan Cibodas (kalo bingung cari aja RM Rindu Alam II, letaknya gak
jauh dari sana kok) dilanjutkan dengan naik angkot berwarna kuning menuju terminal Cibodas dengan tarif Rp.
5.000 nanti minta turunkan di Taman Nasional Gede Pangrango ya.
Gerbang Masuk TNGP |
Pukul 11.30 kami mulai trekking
dengan terlebih dahulu membayar tiket masuk sebesar Rp. 16.000 untuk weekday.
HTM |
Menurut papan petunjuk Cibereum berjarak
2,8 km atau ditempuh dalam waktu 1 jam. Mari kita mulai trekking hore-horenya!
Jalur menuju Cibereum bisa
dibilang cukup bersahabat untuk anak-anak maupun orang tua karena jalan yang
dilewati sudah ditata dengan batu-batu sedemikian rupa, baik berupa jalan
setapak maupun anak tangga. Akan tetapi tetap perlu diperhatikan untuk
menggunakan alas kaki yang sesuai fungsinya. Saran saya pakailah minimal sandal gunung atau sandal yang nyaman
untuk trekking kalo gak mau kakinya sakit atau “nyeker” hihi.
Jalan Bebatuan |
Setelah berjalan beberapa saat,
kita akan menjumpai Pos I dengan view Telaga Biru.
Telaga Biru |
Pos I |
Setelah melewati jalan bebatuan,
selanjutnya kita akan melewati jembatan kayu atau lebih dikenal dengan Rawa Gayonggong. Rawa ini terbentuk
dari bekas kawah mati yang kemudian menampung aliran air, sedimentasi lumpur
yang terdapat pada rawa merupakan tempat tumbuhnya berbagai jenis
rumput-rumputan yang didominasi oleh rumput Gayonggong. Kawasan Rawa Gayonggong
juga merupakan daerah jelajah macan tutul.
Papan Informasi Rawa Gayonggong |
Jembatan Kayu di Rawa Gayonggong |
Jalan terus hingga sampai pada pertigaan Panyangcangan yang merupakan
jalur pemisah menuju ke curug atau menuju pendakian ke puncak gunung.
Pertigaan Panyangcangan |
Ikuti petunjuk yang menuju Air
Terjun Cibereum, dari pertigaan ini kita hanya perlu berjalan sejauh 300 m lagi
untuk sampai ke lokasi.
Dannnn akhirnya setelah berjalan
selama 1 jam lebih, sampai juga di lokasi curug. Ketika saya kesana kondisi
curug sangat ramai, mungkin efek dari libur Lebaran ya.
Curug Cibereum |
Di sebelah kanan Curug
Cibeureum terdapat Curug Cidendeng yang ukurannya lebih tinggi dan langsing.
Sedangkan yang paling kanan adalah Curug Cikundul, letaknya sangat tinggi dan
agak tersembunyi.
Curug Cidendeng |
Udara di kawasan curug sejuk
banget, view-nya juga indah. Pokoknya perjuangan menuju curug terbayar lunas
deh! Setelah puas menikmati keindahan di curug, kami memutuskan untuk segera
pulang mengingat hari sudah sore. Perjalanan pulang ditempuh kurang dari 1 jam.
Sebelum pulang kami makan siang di
warung makan sekitar parkiran Cibodas. Di warung makan ini juga menyediakan
barak untuk menginap atau sekedar beristirahat.
Pukul 4.30 sore kami pulang
dengan kembali menaiki angkot berwarna kuning menuju pertigaan Cibodas,
dilanjutkan dengan angkot berwarna biru
menuju terminal Baranangsiang. Tetapi kami hanya naik sampai Ciawi dengan
membayar tarif Rp. 20.000, sebelum naik angkot jangan lupa untuk menanyakan
tarifnya ya. Dari Ciawi dilanjutkan dengan naik APTB jurusan Bogor (Ciawi) – Grogol dengan tarif Rp. 16.000.
Sedikit mengingatkan teman-teman,
untuk menjaga kelestarian alam Indonesia tolong jangan pernah merusak,
coret-coret atau membuang sampah sembarangan yaaa.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Jangan di rumah aja, Indonesia indah kok :)
Salam.
No comments:
Post a Comment